selain cerita si bintang

25 April 2015

Anak “Luar Negeri”

Sejak TK sampai dengan saat ini, saya belum pernah mencicipi pendidikan resmi di sekolah negeri. Saya selalu bersekolah di sekolah “luar negeri” alias sekolah swasta. Entah kenapa orangtua saya nggak pernah masukin saya ke sekolah negeri, dan saya juga nggak milih mau masuk sekolah negeri, mungkin karena kebiasaan.

Di masa kuliah ini, saya benar-benar menjadi anak “luar negeri”. Bukan, saya bukan kuliah di luar negeri. Saya cuma nunut urip di negeri orang selama sebulan. KKN alternatif gitu deh. Program ini namanya Service Learning Program (SLP). Saya dan empat teman beserta satu dosen menjadi delegasi USD untuk program ini pada Agustus 2014.

we are Indonesian delegates!
Pak Chosa - Bagas - Indri - Enno - Vania - Adhi
Bagi saya, ikut SLP adalah iseng-iseng berhadiah. Dulu di semester awal saya memang sempat “mupeng” (mupeng: muka pengen) ikut SLP kayak Mbak Achi, yang sharing pas Insadha, dan Mas Putra, yang saya dengar kisahnya di semester tiga. Tapi setelah itu saya lupa.

Akhir 2013, beberapa teman diajak bergabung ke kepanitiaan SALT, post-project SLP 2013. Saya tahu, tapi saya juga nggak mengajukan diri buat ikut. Saya juga nggak datang sosialisasi program SLP. Bahkan, saya nitip minta tolong diambilin formulir pendaftaran SLP ke seorang teman saya. Ngumpul formulir yang udah diisi ke kantor WR IV pun saya nebeng teman saya itu (thanks, Retha!). Nah, ketika akhirnya saya keterima, saya kaget dan nggak percaya. Maklum lah, waktu wawancara seleksi saya bahkan sampai tiga kali bilang, “Sorry, my English is so bad". Tiga kali lho sodara-sodara. Tiga kali!!! *diulang biar dramatis* 

Pertemuan demi pertemuan dilakukan, dan ke-geje-an (geje: nggak jelas) nggak pernah absen dari tiap pertemuan kami. Dari mulai perkenalan, mengisi form pendaftaran, bahas tiket dan visa, pembekalan, bahas pre-project sampai pelaksanaannya, bahas segala macam persiapan keberangkatan, latihan cultural performance, bikin university presentation, sampai keberangkatan ke Cagayan de Oro, Filipina dan hidup sebulan di city of golden friendship itu. Ketika pulang dari Filipina pun kami masih dihadapkan pada post-project. Baru bulan Februari lalu kami resmi dinyatakan sebagai alumni SLP. Bahkan setelah kami alumni dan kumpul lagi, kami pun masih tetap "geje" hehehe...

Bagi saya pribadi, banyak sekali pelajaran yang saya dapat. Banyak “first thing” yang saya alami selama hampir setahun menjalani SLP. Pertama kali wawancara pakai bahasa Inggris. Pertama kali ke daerah Jogokariyan. Pertama kali mungutin sampah di seputaran UGM. Di SLP ini juga, pertama kalinya saya nggak langsung “kabur” setelah pertemuan, tapi memilih untuk menghabiskan quality time bareng teman-teman, entar sekedar makan atau makan plus cerita-cerita sampai lamaaaa banget. Pertama kalinya saya nongki-nongki di indiecology, prada, bittersweet, LUK, kedai oak, makan di Annisa, warung se’i, babi lissa *kemudian melirik ke perut yang bergelambir*

Bagi keempat teman saya, ini adalah pertama kalinya mereka ke luar negeri. Ini pertama kalinya juga bagi saya ke luar negeri sendirian. Dalam penerbangan Jakarta-Manila, pertama kalinya saya ngicipin red wine *cie gaya* dalam penerbangan internesyenel itu, saya terkagum-kagum *ndeso*

Menginjakkan kaki di Cagayan de Oro, pengalaman "geje" pun tidak lepas dari kami, koper seorang teman ketinggalan di Manila. Untuk pertama kalinya saya tinggal serumah dan sekamar dengan orang-orang dari Jepang, Korea dan Filipina. Pertama kalinya saya nyuci baju pakai tangan *ini serius, saya memang cewek gagal*. Pertama kalinya saya belajar bahasa Bisaya, yang bahkan sebelumnya saya nggak tahu kalau ada bahasa itu. Pertama kalinya saya sarapan dengan menu ati dan pare, padahal dua-duanya saya nggak doyan, tapi ya harus tetap makan. Pertama kalinya saya naik jeepney dan motorela, and I miss them. Pertama kalinya saya main zipline (semacam flying fox), snorkeling dan rafting. Pertama kalinya saya lihat teman saya (agak) mabuk. Pertama kalinya saya tahu bahwa “gratis” adalah kesukaan semua orang, nggak cuma orang Indonesia. Pertama kalinya saya lihat babi panggang utuh, oh my I really miss lechon. Pertama kalinya saya makan pakai tangan dan dikagumi teman dari Jepang, bahkan diminta ngajari mereka *lucu tenan iki*

Pertama kalinya saya “ngrasani” orang dengan bebas, bahkan sambil teriak-teriak, pakai bahasa Indonesia dan bahasa Jawa HAHA. Pertama kalinya saya dan teman-teman tampil (semacam) nari dengan super "geje" hehehe. Pertama kalinya jalan-jalan di mall bareng teman-teman dari berbagai negara, saya doang orang Indonesia, terus ada dua teman dari Jepang hilang terus kita halo-halo dari bagian informasi HAHA. Pertama kalinya tau lagu “dolanan” dari Jepang. Pertama kalinya ngajakin anak-anak SD meditasi *luar biasa ya...* dan pertama kalinya ngajak ibu-ibu main ice breaking, mandunya pakai bahasa Inggris pula.

ngajakin ibu-ibu pijet-pijetan :p
Ketika post-project, pertama kalinya saya mungutin rokok di kantin Mrican dan Paingan. Pertama kalinya saya ngurusin desain dan cetak poster dan stiker *maklum, nggak pernah jadi pubdekdok selama ikut kepanitiaan*. Pertama kalinya ngobrol sama pak rektor, bahkan becanda dengan beliau.

Sekarang setelah beberapa bulan resmi menjadi alumni SLP, saya baru menyadari beberapa hal yang berubah dalam diri saya. Yang jelas, saya agak sedikit lebih pede (pede: percaya diri) dengan bahasa Inggris saya. Ya walau masih belum jago-jago amat, tapi saya merasa ada peningkatan lah. Ya gimana enggak, lha sebulan kudu ngomong pakai bahasa Inggris terus je…

Selain itu, ada beberapa skill saya yang meningkat, misalnya mencuci baju dan angkat beban. Angkat beban ini maksudnya ketika saya dan teman-teman berangkat maupun pulang, saya mengangkat sendiri koper saya yang beratnya sekitar 17 kg itu *aku setrong*. Saya selalu ingat wanti-wanti dari Ms. Tata sebelum kami berangkat. Katanya, sebisa mungkin kita harus bertanggung jawab atas diri kita sendiri, jangan menggantungkan diri sama orang lain, jangan ngerepotin orang lain.

Satu perubahan lain yang saya temukan akhir-akhir ini adalah saya merasa menjadi orang yang lebih santai meski dalam keseriusan. Dulu saya orangnya sangat serius, saklek, dan nggak terlalu menyenangkan dalam hal relasi *pasti ada yang ngangguk-ngangguk atau senyum-senyum sendiri baca bagian ini*. Tapi karena sering bergaul dengan makhluk-makhluk "geje" entah apa di SLP ini, saya jadi lebih suka gojeg dan berusaha untuk bikin suasana jadi lebih segar. :)

Nggak kerasa, SLP 2015 is coming! Pendaftaran udah dibuka lagi dan udah banyak yang tanya-tanya tentang SLP. Yakin deh, nggak akan rugi ikut SLP! Banyak bangeeet hal yang bakal didapat, yang mungkin efeknya baru kerasa setelah sekian lama menjalani SLP itu. Nggak pede sama kemampuan bahasa Inggris? Nggak masalah! Saya ini saksi hidup betapa bahasa Inggris saya kacau balau, tapi toh tetap lolos dan survive. Kalau memang kamu pengen nyoba, coba lah! Nothing to lose. Kesempatan nggak dateng dua kali lho. Daripada besok penasaran, mendingan dicoba aja sekarang.


Ditunggu yaaa! See you, SLPers batch 8! :D

SLPers batch 7 :)

setelah "reuni" di ulang tahun Pak Chosa,
anak "luar negeri",
one of SLPers batch 7,

Stella Vania Puspitasari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar